Buletin At-Tauhid edisi 25 Tahun XI
Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah yang datang setiap tahunnya dan disambut dengan gembira dan kebahagiaan oleh setiap muslim diseluruh dunia. Di bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi kita dan salah satu rukun Islam disyariatkan, yaitu puasa. Allah menjanjikan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa, berupa ampunan dan pahala yang sangat besar yang disiapkan di sisi-Nya. Dan itu semua Allah langsung yang akan memberikan balasannya. Selain berpuasa, kita juga dianjurkan untuk melaksanakan shalat Tarawih, memberi makan orang yang berbuka puasa, membaca Al-Qur’an, berdzikir, bersedekah, dan memperbanyak ibadah lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam merupakan teladan kita. Apabila bulan Ramadhan tiba, kebaikan beliau lebih cepat daripada angin yang berhembus dibandingkan bulan-bulan lainnya, sebagaimana hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma ia berkata “Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam adalah orang yang paling gemar melakukan kebaikan. Kedermawanan yang beliau lakukan terutama di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril ‘alaihissalam menemui beliau. Jibril datang menemui beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al-Qur’an) hingga Al-Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi. Apabila Jibril datang menemuinya, beliau adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dibandingkan angin yang berhembus.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Artinya beliau shallallahu ‘alaihi wa salam bersegera pada kebaikan dan lebih banyak melakukan kebaikan. Maka, sebagai pengikut beliau shallallahu ‘alaihi wa salam yang setia, kita patut untuk menjadikan beliau sebagai contoh untuk memaksimalkan puasa kita dan mengisinya dengan ibadah yang bernilai pahala di sisi Allah Ta’ala.
Ibadahku Hanya Untuk Allah Semata
Puasa yang kita lakukan merupakan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karenanya, adab pertama yang wajib kita perhatikan adalah memurnikan niat puasa agar ikhlas karena Allah semata. Bukan sekedar ikut-ikutan kebanyakan orang, gengsi, atau pamer. Bahkan cuma sekedar mencari hal-hal yang bersifat sementara seperti menurunkan berat badan, melatih diet, menyehatkan tubuh, dan berbagai efek lain yang nilainya rendah dibandingkan akhirat. Jika puasa diniatkan untuk mencari kenikmatan duniawi, maka pahala besar yang ada di sisi Allah akan lenyap. Tidak peduli apakah ia mendapatkan kenikmatan duniawi yang ia cari atau tidak. Allah berfirman (artinya) “Barang siapa yang menginginkan keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menginginkan keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian apapun di akhirat.” (QS. Asy-Syuraa : 20).
Oleh karena itu, kita wajib mengikhlaskan niat puasa dan semua ibadah hanya untuk Allah semata. Adapun dampak lain yang didapatkan dari puasa di dunia ini, hanya sebagai hikmah tambahan saja, bukan tujuan utama dalam ibadah kita. Jika kita meniatkan puasa kita hanya karena Allah semata, maka akan Allah sempurnakan pahala dan ganjaran-Nya kelak di hari pembalasan nanti. Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya seseorang itu hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Waspada Dengan Puasa Yang Sia-Sia
Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus saja, tapi juga menahan lisan dari ucapan yang dusta, perkataan kotor dan sia-sia, serta maksiat secara umum. Karena apabila seseorang berpuasa namun lisan dan anggota badannya tidak ia tahan dari perbuatan keji atau maksiat, maka Allah tidak butuh dengan puasanya. Akhirnya puasa yang ia lakukan menjadi sia-sia. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan haram dan perbuatan haram, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari)
Laksanakan Sunahnya dan Perbanyak Ibadah
Dalam ibadah puasa ada beberapa amalan yang dianjurkan bagi seorang muslim untuk melakukannya. Di antara amalan yang terkait dengan kesempurnaan ibadah puasa dan penambah pahala puasa yaitu sebagai berikut.
- Makan Sahur
Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam menganjurkan makan sahur meskipun hanya seteguk air, karena di dalamnya terdapat keberkahan. Sabda beliau “Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Selain itu, dengan makan sahur akan membedakan puasa kita dengan puasanya Yahudi dan Nashrani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam berdabda “Perbedaan antara puasa kita dan puasanya para ahli kitab adalah pada makan sahur.” (HR. Muslim). Dan waktu sahur itu dimulai dari setengah malam terakhir sampai terbitnya fajar. (Lihat Al-Fiqh Al-Muyasaar).
- Mengakhirkan Waktu Sahur
Disunahkan untuk mengakhirkan sahur mendekati waktu fajar/subuh, sebagaimana hadits Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata “Kami dahulu makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam kemudian kami pun berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas bertanya pada Zaid, “Berama lama jarak antara azan subuh dengan sahur kalian?” Zaid menjawab, “Sekitar membaca 50 ayat.” (HR. Bukhari dan Muslim, dengan lafaz riwayat Muslim).
- Menyegerakan Berbuka
Orang yang berpuasa disunahkan untuk menyegerakan berbuka bila matahari telah benar-benar terbenam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda “Agama ini akan senantiasa jaya selama manusia menyegerakan berbuka puasa, karena Yahudi dan Nashrani mengakhirkannya” (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban, hasan). Sebaliknya apabila umat ini meniru ahli kitab, mengakhirkan buka puasa sebagaimana yang dilakukan Syiah Rafidhah, maka umat ini akan berada dalam kehancuran. (Lihat Shifat Shaum Nabi karya Al-Albani)
- Berbuka Dengan Kurma Atau Air
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam biasanya berbuka dengan ruthob (kurma basah) sebelum melaksanakan shalat. Jika tidak ada ruthob, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada, maka beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, hasan)
- Berdoa Ketika Berbuka Puasa
Dianjurkan juga bagi orang yang berbuka puasa untuk memperbanyak doa saat berbuka puasa karena saat itu adalah waktu yang mustajab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda “Tiga orang yang tidak tertolak doanya, yaitu : orang yang berpuasa saat ia berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang terzalimi.” (HR. Ahmad, shahih). Dan saat berbuka puasa membaca doa sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam baca dalam hadis Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yaitu : “Dzahabazhzhoma-u wabtallatil ‘uruuqu wa tsabatal ajru insya Allah (semoga rasa haus hilang, urat-urat telah basah dan pahala telah ditetapkan insya Allah).” (HR. Abu Daud, hasan). Oleh karena itu, sebaiknya saat berbuka kita jangan terlalu sibuk dengan urusan perut tentang makanan dan minuman apa yang ingin disantap, akan tetapi juga memperbanyak doa guna memanfaatkan waktu yang mustajab ini.
- Memberi Makan Bagi Orang Yang Berbuka
Dianjurkan pula untuk memberikan makan orang-orang yang berbuka puasa karena pahalanya sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barang siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit juga.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih). Bayangkan bila orang puasa yang ia beri makan lebih dari 30 bahkan mencapai ratusan, maka betapa banyaknya pahala yang ia borong pada hari itu.
- Memperbanyak Sedekah, Dzikir, Membaca Al-Qur’an, dan Ibadah Lainnya
Hadist Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma sebelumnya pada halaman depan bercerita tentang kebaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam yang begitu cepat pada bulan Ramadhan, bahkan lebih cepat daripada angin yang berhembus. Beliau lebih banyak melakukan berbagai macam ibadah guna mengisi waktu saat ia berpuasa dibandingkan bulan-bulan yang lain. Ibadah yang beliau lakukan seperti bersedekah, zikir, membaca Al-Qur’an, shalat, berbuat baik, dan i’tikaf. (Lihat Zaadul Ma’ad Karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah). Maka selayaknya kita mengisi hari-hari puasa kita di bulan Ramadhan dengan meneladani beliau dalam memperbanyak ibadah-ibadah sunnah.
- Shalat Tarawih
Pahala yang terkandung dalam shalat Tarawih sangat besar. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barang siapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim). An-Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan qiyam Ramadhan adalah shalat Tarawih. (Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim). Kemudian pahala lain yang Allah janjikan adalah dalam hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka akan ditulis untuknya pahala shalat satu malam penuh.” (HR. Nasa’i dan Tirmidzi, shahih).
- Umrah
Bagi orang yang memiliki kelebihan harta dan mampu untuk melaksanakan umrah pada bulan Ramadhan, dianjurkan untuk berumrah guna meraih pahala yang tak terbayang melimpahnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Umrah di bulan Ramadhan senilai (pahalanya-pent) dengan berhaji.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat Bukhari yang lain “senilai dengan haji bersamaku.”
Semoga kita dapat mengisi bulan Ramadhan ini dengan banyak melakukan amal shalih sebagai bekal menuju negeri akhirat.
Penulis : Agung Panji Widianto, S.Ked. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Pertanyaan :
Sebutkan 2 keutamaan shalat Tarawih ?
Jawaban :
1. akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
2. akan ditulis untuknya pahala shalat satu malam penuh, jika shalat bersama imam sampai ia selesai